Sabtu, 12 Maret 2011

PERLUNYA PENCUCIAN OTAK .

by: Aman Abd Rahman
Segala puji hanya bagi Allah Rabbul ‘Alamin, shalawat dan salam semoga dilimpahkan kepada Rasul-Nya. Wa Ba’du:

Sesungguhnya peperangan terhadap jihad dan mujahidin yang dilancarkan para thaghut dan segala elemennya, dan munculnya banyak pemuda yang tampil di barisan mujahidin lagi meninggalkan dunia mereka yang cerah dan serba ada, yang mana sebagian mereka adalah para pegawai di dinas thaghut yang menurut penilaian keumuman masyarakat bahwa orang-orang semacam itu adalah bermasa depan cerah. Maka kebergabungan mereka dengan tauhid dan jihad itu melahirkan tuduhan para thaghut dan para anteknya bahwa para pemuda itu telah mengalami pencucian otak (brain wash) yang dilakukan oleh para tokoh tauhid dan jihad.

Tuduhan para thaghut itu tidaklah salah, karena memang itu adalah realita dan sesuai dengan makna bahasa asal, di mana kata “mencuci” adalah membersihkan sesuatu yang pada asalnya bersih kemudian terkena kotoran dan noda sehingga dilakukan pembersihan dari kotoran-kotoran tersebut supaya kembali bersih seperti semula.

Begitu juga sesungguhnya manusia itu dilahirkan dalam keadaan fithrah, bertauhid dan cenderung kepada kebenaran, sebagaimana sabda Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa Sallam:
كُلُّ مَوْلُودٍ يُولَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ

“Setiap anak itu dilahirkan di atas fithrah.” [HR Muslim]

Fithrah di sini adalah tauhid atau Islam atau penghadapan wajah hanya kepada Allah ta’ala, sebagaimana firman-Nya ta’ala:
فَأَقِمْ وَجْهَكَ لِلدِّينِ حَنِيفًا فِطْرَةَ اللَّهِ الَّتِي فَطَرَ النَّاسَ عَلَيْهَا

“Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Islam); sesuai fithrah Allah disebabkan Dia telah menciptakan manusia menurut (fithrah) itu.” [Ar Ruum: 30]

Juga di dalam hadits qudsi, Allah ta’ala berfirman:
إِنِّي خَلَقْتُ عِبَادِي حُنَفَاءَ فَجَاءَتْهُمْ الشَّيَاطِينُ فَأَضَلَّتْهُمْ عَنْ دِينِهِمْ وَحَرَّمَتْ عَلَيْهِمْ مَا أَحْلَلْتُ لَهُمْ

“Sesungguhnya Aku telah menciptakan hamba-hamba-Ku dalam keadaan hanif (bertauhid), kemudian syaitan-syaitan datang kepada mereka terus menyesatkan mereka dari agama mereka dan mengharamkan terhadap mereka apa yang Aku halalkan bagi mereka.” [HR Muslim]

Jadi nash-nash syar’iy diatas membuktikan bahwa semua orang yang dilahirkan ke bumi ini adalah berada di atas fithrah tauhid, keislaman dan keberserahan diri kepada Allah ta’ala sesuai dengan mitsaq tauhid yang telah Allah ta’ala ambil dari semua anak Adam sebelum terlahir ke dunia, sebagaimana firman-Nya:
وَإِذْ أَخَذَ رَبُّكَ مِن بَنِي آدَمَ مِن ظُهُورِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَأَشْهَدَهُمْ عَلَى أَنفُسِهِمْ أَلَسْتَ بِرَبِّكُمْ قَالُواْ بَلَى شَهِدْنَا

“Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu mengeluarkan dari sulbi (tulang belakang) anak cucu Adam keturunan mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap roh mereka (seraya berfirman): “Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka menjawab: “Betul (Engkau Tuhan kami), kami bersaksi.” [Al A’raf: 172]

Ayat ini menjelaskan bahwa Allah ta’ala telah mengambil mitsaq tauhid dari setiap insan sebelum terlahir ke dunia, yaitu kesaksian bahwa Allah adalah Sang Pencipta yang harus diibadati dan ditaati. Dan andaikata tidak ada faktor luar yang merubahnya dan mempengaruhinya tentulah manusia itu tetap di atas tauhid dan Islam, namun faktor luarlah yang menggiringnya keluar dari tauhid.
فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ وَيُنَصِّرَانِهِ وَيُمَجِّسَانِهِ

“Maka kedua orang tuanya menjadikannya yahudi atau nasrani atau majusi.” [HR Muslim]
فَجَاءَتْهُمْ الشَّيَاطِينُ فَأَضَلَّتْهُمْ عَنْ دِينِهِمْ وَحَرَّمَتْ عَلَيْهِمْ مَا أَحْلَلْتُ لَهُمْ

“Maka datanglah syaitan-syaitan kepada mereka, kemudian menyesatkan mereka dari agama mereka dan mengharamkan terhadap mereka apa yang Aku halalkan bagi mereka.” [HR Muslim]

Ya telah datang pemerintahan syaithan dengan segala makarnya dan tipu dayanya, dimana dengan sarana dan media pendidikannya para syaithan manusia telah menjauhkan anak-anak kaum muslimin dari tauhid yang benar dan mencekokinya dengan ajaran syaitan. Mereka menggiring anak-anak yang polos itu dengan ajaran pancasila dan agama demokrasi, mereka mentalqinkan sila-sila pancasila kepada anak didik, menjejali otaknya dengan butir-butir pancasila, layaknya para guru Islam mengajarkan rukun-rukun Islam dan penjelasannya. Mereka mendoktrin anak-anak itu dengan UUD 45, mengarahkannya agar loyal dan cinta kepadanya serta menjadikannya sebagai kitab rujukan menyaingi Al Qur’an. Mereka tanamkan nilai-nilai demokrasi di dalam jiwa anak didik sehingga ia melekat pada dirinya. Mereka giring anak didik untuk mencintai bendera dan tanah air. Mereka arahkan si anak untuk mencintai sesama warga negara walau berbeda agama dan keyakinan. Sehingga si anak terbentuk menjadi sekuler tanpa dia rasakan. Dia hanya mengetahui bahwa Islam itu sekedar pengucapan syahadat tanpa konsekuensi, shalat, zakat fithrah, zakat mal, shaum Ramadlan dan haji. Al Qur’an hanya sekedar bacaan tanpa amalan, dia tidak mengenal yang namanya al wala dan al bara, dan andaikata mengenal namanya namun tidak mengenal aplikasinya. Dia tidak mengenal yang namanya jihad qital. Dia hanya mengetahui sekolah, bekerja, menikah, berkumpul dengan keluarga atau bermain di hari liburan, itulah yang ditanamkan buku bacaan “ini budi”. Tidak mengenal yang namanya perpisahan dengan anak isteri untuk berjihad dan berjuang di jalan Allah. Begitulah beberapa generasi terbentuk dengan pola pendidikan syaitan yang dijalankan oleh pemerintah kafir ini. Laki-laki berkeyakinan bahwa puncak kebahagiaan adalah menikah dan memiliki anak cucu serta berkumpul dengan mereka di masa tua, di mana tidak ada pikiran meninggalkan anak isteri di jalan Allah ta’ala atau di tinggal anak laki-lakinya yang berjihad di jalan Allah ta’ala. Banyak para wanitapun demikian, mereka rela di tinggal lama suami kalau dalam rangka bekerja mencari dunia, atau tugas dari kantor atau tugas dari thaghut yang telah memberi mereka gaji bulanan dan pensiun di masa tua, tapi mereka kurang mendukung atau bahkan merintangi bila para suami pergi berjihad menjalankan tugas dari Allah ta’ala yang telah memberikan kehidupan kepada mereka semua dan yang memberikan jaminan kebahagiaan surga di masa depan yang sesungguhnya. Orang-orang hasil didikan para thaghut itu merasa bahagia bila anak-anak mereka sukses dunia dan usahanya walaupun kosong dari tauhid dan ‘amal jihadi, dan mereka merasa malu dan minder di tengah masyarakat bila anak-anak mereka berurusan dengan aparat thaghut atau keluar masuk penjara karena sebab tauhid dan ‘amal jihadinya, begitu pula para mertua minder bila menantunya wanita shalihah yang berpurdah atau laki-laki yang bertauhid yang sering berurusan dengan thaghut. Banyak orang tua yang berkeyakinan bahwa memasukkan anak-anak mereka ke sekolahan thaghut atau yang formal yang berbau kethaghutan itu seolah suatu kewajiban dan kemestian, sehingga merasa aib bila tidak memasukkan anak-anak itu ke dalamnya, dan malu bila anaknya tidak berijazah formal. Dan sungguh miris bila kita melihat orang-orang yang sudah mengenal tauhid dan mendukung jihad, namun mereka menyerahkan anak-anak mereka yang merupakan buah hatinya kepada sekolahan thaghut untuk dicetak sesuai apa yang diinginkan para thaghut.

Itulah hasil pendidikan thaghut yang melekat pada diri banyak orang atau sisa-sisa bekas pendidikan para thaghut yang masih tersisa dan menempel pada sebagian kaum muslimin. Kemusyrikan dan kemaksiatan yang mengotori fithrah. Kemusyrikan adalah najis yang mengotori dan menodai akal dan jiwa yang asalnya bersih.
إِنَّمَا الْمُشْرِكُونَ نَجَسٌ

‘Sesungguhnya kaum musyrikin itu adalah najis.” [At-Taubah: 28]

Najis di sini adalah najis maknawi yaitu kemusyrikan yang mengotori jiwa anak Adam yang asalnya berada diatas fithrah dan tauhid. Sehingga perlu dilakukan ghasluddimagh atau brain wash atau pencucian otak yang telah kotor dengan najis kemusyrikan dan kekafiran yang ditanamkan pendidikan thaghut dengan pembinaan tauhid yang benar lagi terarah supaya para pemuda yang dengan sebab pendidikan thaghut itu mereka telah menjadi kaum musyrikin yang loyal kepada pancasila, UUD 45, tanah air dan pemerintah kafir itu, mereka berbalik arah dan haluan menyatakan keberlepasan diri dari ajaran-ajaran kafir itu semuanya dan menentangnya serta bergabung bersama barisan tauhid dan jihad. Mereka memahami tujuan hidup dan cara menggapainya. Mereka paham sekarang bahwa pemerintah ini adalah pemerintah kafir, mereka paham bahwa selama ini diri mereka itu korban penipuan para ustadz dan ulama suu’ yang membius umat dengan ceramah dan kajian yang penuh racun dan bisa yang mematikan yang membuat umat tengkurap di hadapan thaghut yang menerima apa yang dicekokkan pemerintahan Fir’aun ini. Kini saatnya mengobati racun dan bisa itu dengan Al Qur’an dan As Sunnah agar mereka kembali kepada fithrah dan tauhid, dan tidak lama lagi kekafiran dan kemusyrikan itu akan sirna dan lenyap dengan cahaya tauhid dan sinar iman.
جَاء الْحَقُّ وَزَهَقَ الْبَاطِلُ إِنَّ الْبَاطِلَ كَانَ زَهُوقًا

“Kebenaran telah datang dan yang batil telah lenyap. Sungguh yang batil itu pasti lenyap.” [Al-Isra: 81]



Keterangan: Tulisan ini belum selesai, karena Ustadz Aman (Hafidzahullah) sudah dipindahkan ke tempat penahanan baru…